Pemilu 2009

Pemilu 2009
Anti Politisi Busuk

Anti Korupsi

Anti Korupsi
Jangan pilih pemimpin Korup!!

Selasa, 17 Maret 2009

Anak dan Orang Tua Murid Jadi Stres

Anak dan Orang Tua Murid Jadi Stres

Radar Pemalang, 17 March 2009
PEMALANG - Setiap tahun, Ujian Nasional (UN) kerap menjadi 'monster' yang sangat ditakuti, bukan hanya oleh siswa, tetapi orang tua murid pun dibuat panik. Kepanikan inilah yang menimbulkan stres bagi murid maupun orang tua murid.
Wahyuni (38), karyawan swasta di Pemalang, mengaku panik karena anaknya yang duduk di kelas III SMP, tahun ini mengikuti Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN).
Sebagai wanita karier, ibu dua anak ini memiliki keterbatasan waktu untuk mengajari anaknya di rumah. Solusinya, sejak semester pertama di kelas III, dia sudah memasukkan putrinya ke bimbingan belajar yang cukup ternama. Dari Senin hingga Sabtu, anaknya ikut les untuk mempersiapkan diri menghadapi UASBN. "Hari Senin, Selasa, dan Kamis anakku les di Primagama. Rabu dan Jumat, les Bahasa Inggris di LIA. Sabtu les musik," ujarnya.
Tri mengaku, rutinitas seperti itu tak jarang membuat anaknya mengeluh. "Ma, dari Senin sampai Sabtu, aku les. Hari Minggu, aku capek," lanjut dia menirukan ucapan anaknya. Hal ini juga yang membuat Tri memilih pulang kerja lebih awal.. Bahkan tak jarang dia membawa berkas-berkas pekerjaan kantornya untuk dilanjutkan di rumah.
Kepanikan juga dirasakan oleh Hamidah (38), ibu rumah tangga. Dia mengaku panik justru karena anak laki-lakinya yang saat ini duduk di kelas III SMP agak santai menghadapi UN. "Anak saya laki-laki, lain dengan anak perempuan. Dia agak cuek dengan UN. Hal ini yang membuat saya panik, takut dia tidak lulus," lanjutnya.
Anggota Komisi D DPRD Pemalang Drs Masrukhin menyatakan, selama Indonesia merdeka, ujian sekolah yang membuat anak dan orang tua stres adalah UN. Dulu, sewaktu masih berlakunya EBTA dan EBTANAS maupun ujian lainnya, tidak ada kepanikan dan stres.
"Apalagi saat ini passing grade-nya (ambang batas nilai terendah) ditingkatkan dari 5,25 menjadi 5,50. Alasan Depdiknas yaitu agar siswa kita dapat bersaing dengan siswa dari negara lain. Saya setuju, tetapi perlu ada sosialisasi tentang itu. Jadi tidak mendadak langsung ada UN," ia mengingatkan.
Dia menilai kebijakan UN yang diluncurkan secara mendadak oleh Depdiknas, secara psikologis seperti teror. Bahkan guru juga ikut stres, sebab masih ada guru yang mengajar untuk menyelesaikan satu modul pembelajaran. Anak mengerti atau tidak bukan urusan, yang penting si guru telah menyelesaikan satu modul pembelajaran. Ini juga menjadi sumber stres, sehingga UN bukan lagi menjadi sesuatu yang biasa, melainkan sesuatu yang luar biasa

Tidak ada komentar: