Pemilu 2009

Pemilu 2009
Anti Politisi Busuk

Anti Korupsi

Anti Korupsi
Jangan pilih pemimpin Korup!!

Selasa, 31 Maret 2009

Ketika Musim Panen Padi Tiba di Kabupaten Pemalang

Radar Pemalang

SINAR matahari, Minggu (29/3) kemarin belum nampak terbit diufuk timur. Namun sejumlah petani asal Desa Wanamulya Kecamatan Pemalang mengunakan sepeda dan bercaping, berbondong- bondong menuju ladang persawahan yang berjarak kurang lebih 700 meter.

Pukul 07.00 itu ketiganya memanen, sekaligus nggepyok padi milik tetangga mereka, Yasin (50).

Pekerjaan itu mereka lakukan atas permintaan Yasin. Sudah menjadi kebiasaan petani di Wanamulya, apabila ada tetangga yang panen, mereka akan membantu.

"Seperti ini sudah biasa di sini. Sejak dulu, ya begitu. Kalau ada yang panen, ya gotong royong. Saling membantu. Nanti giliran saya yang panen, yang lain juga membantu," tutur Rohim, yang kini tanaman padinya baru berusia dua bulan. Sekitar pukul 10.00, Rohim dan dua rekan-rekannya menyelesaikan pekerjaan memotong batang padi.

Mereka semuanya petani. Sudah menjadi tradisi pula, tetangga datang di acara panenan. Tugas mereka berbeda-beda. Ada yang ikut nggepyok, ngasak pari, ada pula yang mengumpulkan jerami.

Nggepyok padi adalah merontokkan padi dengan cara menumbuk batang padi yang masih dipenuhi bulir gabah ke sebongkah batu atau kayu. Penumbukan dilakukan beberapa kali sampai bulir padi nyaris habis di tangkainya. Satu gepyokan batang padi biasanya tiga genggam orang dewasa.

Untuk memanen padi yang ditanam di setengah hektar sawah, biasanya perlu 3-5 penggepyok. Biasanya, kebutuhan itu dipenuhi tetangga pemilik padi. Selain pengepyok, dibutuhkan pula 2-4 tukang ngasak atau pengasak, yaitu orang yang mengumpulkan bulir padi dari sisa batang padi yang telah ditumbuk.

Bila meraka diupah Yasin dengan satu kilogram (kg) gabah tiap 10 kg gabah basah yang dihasilkan dari gepyokan, para pengasak yang turut serta dalam kegiatan ini tak diberi upah. Yang mereka dapatkan hanyalah butiran-butiran gabah yang berhasil mereka kumpulkan dari jerami yang sudah digepyok.

"Orang sini menyebutnya ngasak atau ngluru pari. Ini sudah kebiasaan orang desa sini. Ada yang ngasak saat panen. Tujuannya agar gabah yang tak bisa digepyok tak mubazir, tetap bisa dimakan. Jadi, enggak kualat," tutur Pariyah (42), pengasak gabah.

Hasil dari mengasak gabah tak banyak. Menurut Pariyah, dalam sehari paling hanya mendapat 2-3 kg gabah atau setara dengan 1,5 kg beras. Gabah itu mereka bawa pulang

"Kalau dihitung, rasa-rasanya memang sedikit. Kalau dijual paling hasilnya enggak sampai Rp 10.000. Jadi, buat makan sendiri saja. Lumayan, bisa untuk beberapa hari kalau sehari dapat 3 kg gabah," kata pariyah lagi.

Sebagai buruh tani yang penghasilan tiap harinya tak menentu, pariyah sangat terbantu apabila ada tetangganya yang panen. Rezeki yang diterima tetangganya bisa nyiprat ke dirinya dalam bentuk gabah asakan itu. Gabah 2-3 kg yang didapat tak dijual, tetapi langsung ditumbuk menjadi beras sesampainya di rumah.

Selain penggepyok dan pengasak, pengumpul jerami pun mendapatkan bagian berkah dari panen. Sama dengan penggepyok dan pengasak, pengumpul jerami juga pada umumnya adalah tetangga pemilik padi. Mereka membutuhkan jerami untuk berbagai keperluan. Ada yang untuk pakan ternak, pupuk kompos, dan ada pula yang untuk bahan bakar.

"Kalau pas musim panen seperti ini, saya biasanya juga ikut membantu nggepyok dan mengumpulkan jerami bekas panenan. Selain membantu membersihkan sisa jerami, tujuan saya adalah mendapatkan jerami untuk pakan ternak," ujar Solikin (43), yang kemarin ikut gepyokan di sawah milik Yasin.Untuk membersihkan jerami itu, Solikin tak diupah. Namun, mendapatkan jerami untuk pakan ternaknya.

Sebagai pemilik lahan, Yasin senang dengan keterlibatan sejumlah tetangganya itu. Selain membantu proses panen, tetangganya itu juga kecipratan rezeki dari hasil panenan. "Hidup di desa itu enaknya begini. Semuanya masih saling membantu. Kalau ada rejeki, ya sebisanya tetangga kita ikut merasakannya biar tetap guyup dan rukun," kata Yasin memberi alasan. (*)

Tidak ada komentar: